Rabu, 22 September 2021

haloo haloo, it's been two years ...

sebenernya taun kemarin akuh mau upload, tapiiiii, sangat disayang kan karena beberapa kondisi jadi terkurung lama di draft ku. well, karena ku lagi galau (galau mulu perasaan haha), ku cobalah ya untuk menulis kembali di blog ini. Turns out banyak sekali tulisanku yang belum di publish hahaha. 

here we go, salah satu tulisan yang ku ketik di tanggal 15 Oktober 2020. 

happy reading :).


Diary's Cinta, 15/20/2020

halo halo pembaca blog ku :) 

it's been a year, maaf telah membuat kalian menunggu.. 


Sejujurnya satu tahun kemarin ku disibukkan oleh kegiatan perkuliahanku, laporan magangku, kerjaan ku, ditambah lagi corona yang datang di awal tahun membuat semua orang takut dan cemas. Kebetulan ku bekerja di salah satu rumah sakit swasta, dimana merupakan tempat bagi orang - orang yang terpapar virus tersebut datang. Jadi kuharap, kalian mampu memaklumi alasan ku tidak menuangkan segelintir kata disini. Mianhae, saranghae 💓.

Ku memiliki kabar baik dan kabar buruk nih. Kalian mau yang mana dulu ? ehehe

Males bertele - tele, dan kuyakin ndak ada pembaca blog ku juga (ehehe 💁)

so, kabar baik dulu yaaaks, saat ini ku sedang review Proposal Tugas Akhirrrrrrrrr. Akh senangnya 😂. Tinggal beberapa step lagi untuk nyari data terus kurangkum di Bab 4 dan Bab 5.. se so-excited gituuuuuuu. Semoga yaaaa tahun ini ku bisa kelarin S1 Psikologi kuu.. Mohon do'a nyaaa 😆😇😇.

But... dibalik kesenangan akan TA ku yang berjalan lancar, ku mau sedikit berbagi cerita kesedihanku. Ku gak tau harus cerita kesiapa lagi perihal hal ini. Untuk sharing, berkeluh kesah, berbagi keluhan..

Sudah 1 minggu aku dirawat di rumah sakit. 

ya..

aku positif.. covid19.


Berawal mula ketika badanku drop saat harus bergadang demi menyelesaikan Proposal Tugas Akhirku. Kemudian di pagi harinya ku harus bekerja shift - bertemu dengan orang - orang yang memiliki riwayat covid19 terkonfirmasi - sekitar 8 jam. Ngantuk, iya, lelah, sangat. Ditambah lagi ketika ku sudah bisa pulang, tiba - tiba turun hujan. Wah.. lengkap deritaku - pikirku-. Saat itu, kondisiku sudah amat kelelahan.. Tanpa pikir panjang, ku coba pinjam payung untuk pulang. Namun tetap saja ku kehujanan karena kondisi hujan pada saat itu yang tergolong badai. Sesampainya ku di rumah, ku membersihkan diri, kemudian terlelap tidur sampai ke esokan harinya. Ia, lama juga yaak aku tidurnya wkwk. Disitu, kondisiku sudah mulai meriang, gejala demam udah mulai kurasa. Tetapi, tidak terfikirkan sedikitpun aku terkena virus covid19. Baru keesokan hari nya, indra penciumanku hilang. Aku mikir sejenak, wah .. fix aku kena - red, covid19-. Tapi ku masih mau berfikiran positif... mungkin ku hanya kelelahan saja, coba deh besok ke klinik.. siapa tau hanya demam biasa. 

Hari ke 3, keluhanku benar - benar bertambah buruk. Batukku semakin parah, lemesku gak hilang - hilang, demamku semakin naik turun. Akhirnya hari ke 5 ku memberanikan diri untuk berobat di rumah sakit (dimana aku bekerja). Benar saja, ketika kubeberkan semua keluhanku, dokternya langsung mencurigai sakitku ke arah covid19. Sedih tapi mencoba untuk tetap tegar dan positif thinking "enggak irientania, tidak!. Kamu kuat yuuk, yakin kalau cuma kecapean aja :)". Akan tetapi pemikiran positif ku dipatahkan dengan hasil PCR ku yang positif. :'). Cuma bisa terdiam diatas kasur, meratapi diri.

Entah karena kondisiku yang semakin drop atau efek dari pemikiran negatif mengenai covid19, sore harinya keadaan fisikku semakin buruk. Nafas sesak dan pendek, kalau batuk dada terasa sakit, dan nafsu makanku benar - benar menurun drastis. Alhasil ku langsung datang ke IGD dan disarankan untuk rawat inap. Sedih bukan main sih :'). 

Alhamdulillah - nya banyak sekali teman yang kasih support, gak dijauhin - padahal tau yaa ini virus covid19 seramnya bukan main -. Pas di IGD juga dikunjungi, ditengokin, dan terlebih ada yang standby disebelahku sampai aku masuk keruang perawatan :'), such a bless person I am ..

Di ruang perawatan, kian hari kondisiku mulai membaik. hari - hari di sini bagai karantina dan gak tau dunia luar seperti apa. Gak kena matahari, cuma tembok dan para suster maupun dokter yang berkunjung tiap hari ke kamar ku yang ku lihat. Ah, beserta satu petugas cleaning service, - terimakasih karena selalu membersihkan kamar ku :))-. 



Ditambah lagi sangat gumoh harus minum obat yang banyaknya bukan main 😢

 








cukup sekian, kepalaku mulai berat dan aku butuh istirahat karena semalaman aku ndak bisa tidur :(.



get well soon for me :").

the - end








well well, gak nyangka nemu diary ku hampir 1 tahun tersimpan rapi di draft blog ku.. 




Just FYI, kini keadaanku sudah sehat, dan sudah dinyatakan lulus dari bangku perkuliahan hehe. Congrats for me, Irientania A Putri, S.Psi, yeayyy.. Udah lama sih sebenarnya haahaha, but its okkay lah yaa ..







ciau, 

see yaa on another journey 😘




Minggu, 15 September 2019

Welcome back!!!!

Huaaaaaaaaaaaaai, very long time tydac menulis apapun disiniiiiiiiii!! ada yang merindukan akuuuuh??????? absolutely not huhu :(


Ku punya banyak cerita yang ingin aku bagiiii, mulai dari percintaan, pekerjaan, dan perkuliahan. Mana yang lebih kalian suka ? wkwkwk Yupzz, percintaan (?) *pede*. Aku jugaaaaaa!! wkwk.


Tapi kisah percintaanku tidak ada yang muluus, huhu sad but it is so f truuue. Tentang kehidupanku saja lah ya kalau gituu.. sudah mencangkup semua, mulai dari kerjaan, perkuliahaan, pertemanan, percintaan, dan kesendirian. :)



For intro, ku mulai dengan perihal kerjaan saja yak. Tidak menyangka diriku sudah bekerja selama 5 tahuuuuuun di sini (i wont mention where, yu have to figure it out :p). Perasaan ku baru kemaren banget masuk kesini, feels time flies so fast. Banyak banget pelajaran hidup yang bermakna disini, ketemu orang - orang yang baik, ada juga yang ngeselin, bermuka dua, but i have to stay demi mempertahankan hidup. xixi sekian.

Move to the next level, perkuliahan. Damned. Kusudah memasuki semester 5, semakin tinggi level semester semakin naik tingkat kesusahannyaaaa. Dan gak nyangka juga dikit lagi luluuuuuuus. Yang pertama ku sudah hopeless dan sangat amat menderita dibuatnya *hiks hiks -- mo nangis*. Untung ada mayang, seorang teman yang merangkap jadi sahabat, yang mau ngeback up akuh ketika sudah hilang semangatku, yang selalu hadir memberikan wejangan ketika ku di timpa permasalahan hidup dan percintaan wkwk. yu're de best so far may. thankyuuuuuuuuu *emot love*. 

Kemudian percintaan... hwaaaaaaaaaaaaa kubahas ndak yaaaaa. well mungkin ini akan kubahas di post berikutnya. Buat yang pada penasaran, tungguin saja. ;)


Udah ah sekian dulu, jangan banyak banyak ku cerita.. berat.. 
semacam sinopsis sebelum ku mulai bercerita panjang. Biar anda tak bosan dan memilih untuk menghilang *yhaaaaaa*.

okey. See ya ;))

Minggu, 02 Oktober 2016

For the first time, I realized

     Aku berjalan menyusuri pantai, ditemani suara ombak yang berirama dan terik matahari yang begitu menyengat. Aroma khas dari air laut yang bertemu pasir pantai yang terhembus membuat ku relax sejenak akan penat yang kudapati setelah sekian lama kubekerja. Aku terdiam, lalu terduduk dipasir pantai dengan menghadap matahari. It feels warm. Kupenjamkan mata, kutarik nafas dalam - dalam dan aku melihat sosokmu. Aroma khas dirimu datang, membuat hati bergetar dan jantung berdegup kencang. Aku teringat, pancaran dari dua bola matamu yang kurasa... There is something, something that I hope it won't put me in. But in the fact, I'm in to.

     Aku teringat, ketika pertama kali nya kita bertemu.. Kau menjabat tanganku dan bersikap seolah aku hanya wanita biasa.. Tidak menarik. Memasang wajah datar dan tersenyum dipaksakan. Aku yakin pada saat itu, -walau kita baru saja berkenalan- kamu tidak mengingat namaku. Pertemuan yang aku rasa cukup untuk membuat aku mual dan terpingkal - pingkal. Gadis berkacamata, bert-shirt dengan gaya yang tomboy dan bermodelkan rambut bak dora di serial dora the explore, ( ketika dibayangkan, tak mengira betapa menjijikan sekali aku ini ). Poor girl and pathetic, enggak ada sama sekali hal yang menarik dari diriku saat itu. Sama hal nya denganku memandang sosok dirimu. Sepintas, Kupikir kamu sama saja dengan yang lain, laki - laki yang sedang menikmati hidupnya dengan bahagia, menghabiskan waktu senggang dengan hangout bersama teman, dan ...... .

     Pertemuan berikutnya, setelah sekian lama dari pertemuan pertama. Masih biasa. Perbincangan yang kita lakukan hanya sebatas pekerjaan semata tok. Dan kita sama - sama sedang menaruh perhatian terhadap orang lain. Tetapi, waktu itu, percakapan kita mulai berbeda. Kamu terlihat seperti sedang meggoda, dan dalam pikiranku terlintas "what the...". Aku berfikir, aah mungkin cuma lelucon.... yang hanya untuk sekedar mencairkan suasana. Aku pun tak ingin tertarik akan gombalan mu itu dan akupun bersikap sewajarnya dalam menanggapi nya. Tersenyum dan tertawa kecil. No, that is not for a fake smile, hanya saja diriku menganggap ini hanya sebatas percandaan kecil yang kamu ciptakan. Dan pada saat itu, rasa ku datar.

     Time goes by, I don't remember when, why, and how(?). Dirimu yang mulai saat itu menyapa, walau sekedar "hai", "smile", dan "menggoda" terasa berbeda disetiap waktunya... seperti sedang menanam sebuah bibit dihatiku. Dan bibit itu padaku, ku rasa mulai tumbuh. Aku -yang pada saat itu sedang tergila - gila pada seorang lelaki, dan membuat diriku terlihat sangat bodoh sekali ini- mulai berpaling kearahmu. Mulai dihari itu dan seterusnya, aku mencari sosokmu.

     Suaramu, menentramkan sekaligus meretakkan hati ini. Matamu, menyiratkan sesuatu... sesuatu yang jika dinilai oleh firasat adalah memiliki ketertarikan terhadapku. Terkadang disetiap kesempatan aku mendapati kamu sedang menatapku, -entah memang begitu adanya atau hanya kebetulan- dan aku menikmatinya. Tak jarang juga aku memperhatikan sosokmu.  Kind of funny guy, pikirku. Lalu tanpa sengaja, mata kita bertemu.

     Aku terbangun..., beranjak dari lamunan ingatan sore dipinggir pantai di Dreamland hidden beach, Bali. Oleh suara dering pesan masuk di Smartphoneku, yang ternyata adalah sebuah pesan... dari kamu.

Senin, 20 Juni 2016

Hujan Kelabu

     Sekarang bulan juni, tetapi entah mengapa hujan selalu ingin kembali turun kebumi meski bukan musimnya.

     Awan - awan gelap berkumpul, membentuk suatu kawanan tak berbentuk yang sedikit mengerikan. Mencoba menutupi keceriaan matahari yang menyinari hari. Sekilat cahaya perlahan muncul memberi kesan misterius disana. Gemuruh suara mengikuti seiring dengan cahaya kilat yang berlalu.

     Tik..tik..tik.. satu persatu tetesan air mulai menyentuh tanah. Rindu akan sentuhan air mungkin yang dirasakan oleh tanah kala itu terobati. Mereka bersuka cita akan jatuhnya kembali gemercik – gemercik air yang singgah.

Aroma khas itu datang.
     Salah satu aroma yang aku rindukan dan aku tunggu ketika musim hujan datang. Aroma -yang aku tidak tahu nama ilmiahnya-  yang dapat memberikan rasa tenang dan tentram, dan dapat membangunkan kenangan yang terasa pahit setiap dirasakan.

     Aku keluar dari tempat persembunyianku selama ini. Memasuki pekarangan dibelakang rumah ku, aku mendongkak keatas. Membiarkan tetesan – tetesan hujan memgenaiku dan mulai membasahiku. Dengan reflek diriku tersontak kaget, percikan – percikan air yang tadinya damai menyentuh diriku kini jatuh lebih keras seakan kian marah. Mereka mulai menyerang dengan bertubi – tubi menghujani tubuh ku. Aku diam. Mencoba untuk menikmati sakit yang diberikan oleh ribuan hujan yang jatuh.

     Sakit yang kurasa mungkin tidak setimpal dengan apa yang telah aku perbuat.

Aku menangis.

     Air mata yang membasahi pipiku menyatu dengan derasnya air hujan yang masih mengenaiku.
Aku berteriak. Menangis sejadi – jadinya.

     Hujan yang begitu deras dan petir yang menggemuruh mengunci semua teriak histerisku. Hanya ada bunga layu dan rumput hijau yang bersuka cita yang menjadi saksi bisu kala aku menghukum diriku sendiri. Dan ini belum cukup. Belum sepenuhnya cukup untuk mengobati rasa penyesalan yang terlambat aku sadari.

Aku berteriak sekali lagi.

Memaki betapa bodohnya diriku dan ku katakan aku benci pada diriku sendiri.


     Cahaya kilat sekali lagi terlihat di sekitar deretan awan hitam. Suara petir itu menggelegar sangat keras, mengagetkan hingga aku jatuh tersungkur.
Aku masih terisak. Dan masih membiarkan hujan ini menghakimiku dengan sesukanya.

Senin, 11 April 2016

68th of 7 days without you

Rasa rindu yang menggebu, rasa gelisah yang membara, air mata yang jatuh dan tak kunjung henti.

     Memandangi batu nisan yang kokoh dengan terpampangnya nama mu disana, sontak membuat memori itu terputar kembali.  Terkenang gelak tawa mu, senyum tulus mu, mimik wajah mu yang.... aaah aku tak tahan untuk mengucapkannya.

     Aku berusaha, sekeras dan sekuat mungkin untuk menerima. Berusaha sebisa mungkin untuk menjalani kehidupan sehari – hari dengan semangat dan senyuman. Dan berusaha untuk setenang mungkin untuk meyakinkan hati bahwa semuanya akan baik  baik saja, namun... keadaan membuat hati gusar tak menentu. Aku masih terpaku oleh rasa kehilangan yang mendalam. Damn fucking you!! Bagaimana bisa kamu tidak merasa sedih berlarut ditinggal oleh orang terkasih dan satu – satunya orang didunia ini yang menyayangi mu tak berbatas (?).

Pipiku mulai kembali basah.

Bodoh. Idiot.

     Ini semakin memburuk. Aku tidak kuat untuk menahan. Rasa sesak didada yang membuatku semakin sakit. Rasa kehilangan yang membuat aku benci akan diriku sendiri. Sedikit demi sedikit hal itu menggerogoti ku. Mulai dari kebahagiaanku yang terenggut, senyuman manis nan tulus ku memudar dan terganti oleh senyum yang dipaksakan, seperti memakai topeng untuk menyembunyikan kesedihan. Kemudian.. keceriaan dan kepercayaandiriku yang perlahan juga mulai menghilang. Aku terus menerus berteriak dalam pikiran “aku baik!”. Tetapi tetap hati merasa tak kunjung tenang. Sekuat apapaun aku menahan rasa, suatu saat ( yaitu sekarang) akan memaksa untuk keluar. Entah melalui air mata atau suara yang menggelegar. Dan tiada kata lega ketika mereka keluar. Yang ada hanya perasaan lelah yang terus – menerus hinggap entah sampai kapan.

     Salah kah aku ? yang terkadang meratapi kepergianmu yang begitu cepat. Aku belum banyak mengucapkan betapa aku menyayangi dirimu, memeluk puas dirimu, membuat dirimu bangga dan bahagia memiliki diriku.

     Apakah aku egois ? (terkadang) meminta kepada Tuhan untuk menggembalikan dirimu kesini ? meminta waktu yang telah berputar jauh untuk kembali pada satu titik dimana dirimu dan diriku berada dalam moment bahagia (?). Aku tidak meminta untuk dirimu hidup selamanya menemani perjalanan hidupku. ( walau ku tahu, sangat teramat berat rasanya hidup tanpa dirimu ). Aku hanya meminta waktu untuk menikmati hari terakhir mu bersama diriku. Jadi akan aku terima jikalau engkau diharuskan untuk pergi. (..................).

     Serasa dentuman – dentuman keras memukuli pintu hatiku. Berucap seenaknya meminta kepada Tuhan apa mau ku. Tidak berkaca diri siapa aku ini. Aaaaaakh!!! Terus aku harus bagaimanaaaa ?? *mulai menangis (lagi)*.

     Aku berdiri didepan cermin, menatap seorang gadis yang memiliki sorotan mata kosong, merah dan bengkak yang sedikit tertutupi oleh kacamatanya. Terdiam sejenak. ******plak******



Kenyataan ini memang sungguh sangat menyakitkan.



     Sekarang aku tersadar, waktu memang sudah tidak bisa kembali lagi. Dirimu memang telah berada didunia yang sangat berbeda. Sedikit demi sedikit aku mencoba menerima itu, walau sakit yang kurasakan itu bukan main sakitnya. Tetapi dalam benak dan hati ku aku yakinkan, dirimu selalu bersama ku, menjaga ku ( karena dirimu pernah berjanji untuk selalu dan selalu menjaga dan mengawasi ku ). Maafkan ya kesalahan yang pernah aku buat. Begitu banyak hingga tak mungkin cukup lembaran ini menuliskan perinciannya. You know that I love you, right (?). Sampai kapanpun, sosokmu tidak akan tergantikan. Akan terkenang selalu, dan aku akan meyakinkan dari bawah sini bahwa aku bisa menjadi apa yang dirimu inginkan kelak. Tiada akhir kata yang bisa mendeskripsikan sosok dirimu pah, begitu banyak kelebihan yang menutupi kekuranganmu sebagai seorang “single - parent”. 


the best man in my life ever.






ps.
teruntuk Papah yang berada disisi Tuhan, dd menyayangimu lebih dari apapun.
sangat teramat merindukan papah. 





Jumat, 16 Oktober 2015

Kamu

     Hallo kamu.. Iya kamu.

     Kamu yang selalu memunggungi ku. Melihat ku ketika aku tak melihatmu. Terkadang memperhatikanku ketika aku fokus pada kerjaanku. Iya aku tahu, diam - diam kadang kamu sedang memperhatikan dan memandangiku dari kejauhan. Bukannya aku "sok kepedean" akan hal itu, TIDAK. Hanya saja aku merasa, dan benar adanya ketika aku melihatmu kamu langsung memalingkan pandanganmu dariku.

     Teringat pada suatu hari, ketika aku untuk pertama kalinya melihatmu berjalan dikoridor. Aku hanya memandangimu dari balik meja kerjaku sambil bertanya - tanya siapakah dirimu. Aku tersipu malu, ketika harus bertemu pada satu titik dimana kita saling bertemu pandang. Pada saat itu aku hanya berfikir, aku menyukaimu. Aku langsung jatuh hati ketika melihat mu. Aura mu membuat jantung ini berdegup lebih kencang. Sorotan matamu membuat darah ini mengalir lebih cepat, seakan ada pendorong yang kuat dan emosi kebahagiaan yang semakin meningkat.

     Iya aku bahagia, hanya dengan melihat bagian dari dirimu. Punggungmu, matamu, semua akan dirimu membuatku tak bisa berkata apa apa. Aku terpana akan sosok mu. Gaya bicaramu yang khas ditelingaku. Tatapan mu yang.... Ah aku benar-benar jatuh didalamnya. Entah perasaan apa yang membuatku mabuk kepayang akan semua tentang dirimu.

     11 bulan yang lalu, untuk pertama kalinya aku melihat mu. Hari demi hari setelah itu aku menghabiskan waktuku (selain bekerja) hanya untuk mencari siapa dirimu, siapa namamu, darimana asalmu, dan yang terpenting....."are you still single?". Berusaha tiada henti aku mencoba, menjelajahi dunia Maya, melihat data dirimu di data karyawan ( yeah I'm the genius stalker �� ). Dan akhirnya aku tahu namamu, siapa dirimu, dan status kamu kala itu adalah "single". Bukan main hati ini berkata "aaaaaargh thank God!!!!!", disitu ada harapan. Lalu aku berdo'a, "Tuhan, jika memang dia.. Tolong dekatkan kami, tolong permudahkanlah jalanku untuk bisa berada disampingnya". Dan tahukah ? Tuhan benar-benar mewujudkannya.

     1 bulan setelah usahahku itu, jarak antara aku dan kamu semakin dekat. Aku bisa melihatmu, kamupun sama bisa melihat diriku disini. Hari hariku dipenuhi dengan betapa bersyukurnya diriku. Kebahagian yang hadir dengan hanya melihatmu. Mendengarkan ceritamu, kamu menanyakan hal-hal yang ingin kamu ketahui tentang diriku. Ya, kita berbincang bersama. Belum lagi candamu yang elegan, yang dapat membuatku tidak bisa berpaling untuk terus memandangimu. Lalu gelak tawamu yang membuatku merasa kamu lebih dari cukup. Cukup sudah untuk membuatku merasa bahagia dan bersyukur tiada henti.

     Sesaat. Iya, kebahagiaan yang hadir hanya untuk sesaat. Aku mendapati bahwa dirimu telah mengikat janji suci dengan orang lain. Hatiku hancur. Kebahagian yang telah aku bangun, runtuh tak berbentuk. Rasa sayang yang kian semakin dalam, sekejap berubah menjadi kekecewaan yang berlarut. Untuk sekarang dan hari-hari berikutnya canda tawamu, dan perbincangan bersama dirimu akan menjadi belati kecil yang menggores-gores dihatiku. Aku terpuruk bersama kenangan-kenangan manis tentang dirimu. Dengan melihatmu pun (sekarang) hati ini terasa sakit. Rasa sakit didada ketika aku tahu kamu bukanlah ditakdirkan untukku. Kesedihanku meluap, aku menangis.

     Ya aku bodoh!. Aku terlalu mengharapkan sesuatu yang pada akhirnya aku tahu itu hanya khayalan semata.

Jumat, 09 Oktober 2015

Unforgettable Memories

21 desember 2014
   Aku telah kehilangan seseorang yang begitu amat sangat menyayangiku. Jam 20.10, untuk terakhir kalinya aku mendengar detak jantungnya. Untuk terakhir kalinya aku merasakan kehangatan tangannya. Untuk selama lamanya papah tertidur dalam kedamaian.

20.00/21 desember 2014
   Aku menggenggam tangan nya, aku merasakan sudah tidak ada tenaga lagi disana. Kesunyian yang dibuatnya semakin membuatku gusar. Aku membisikan berkali kali ditelinganya, bahwa aku sangat teramat menyayanginya, aku rela jika sudah waktunya (dalam hati aku tak kuat menahan seandainya itu yang terjadi). Aku tidak kuat melihat dirimu yang terbaring dengan balutan penuh darah dikepala. Terbaring lemas tak berdaya. Bahkan untuk membuka mata saja dirimu tak sanggup. Betapa naif dan egoisnya diriku kalau membuatmu harus bertahan dengan keadaan seperti itu.

20.15/21 desember 2014
   Aku merapihkan bajumu, membuat dirimu senyaman mungkin. Memberikan jaketku untuk menghangatkan dirimu. Tak sengaja aku melihat kesekeliling.. Alat alat medis yang begitu asing. Infusan yang menurutku untuk apa benda itu disana. Lalu, aku terpaku pada monitor yang menunjukan angka yang menghitung mundur. Aku yakin itu adalah semacam benda yang mengukur denyut jantung mu. Seketika aku memanggil seseorang yang mengerti akan hal itu. Semakin lama semakin cepat angka itu berubah ke angka yang lebih kecil. Beberapa orang datang menghampiri mu, tirai ditutup, mereka melakukan sesuatu didadamu. Aku panik, aku menangis, aku memohon, jangan! Jangan! Dan jangan!!! Damn!! Fuck!! Shit!! Aku menjambak rambutku. Seperti orang yang kesetanan. Aku tidak percaya hal ini benar terjadi!!!! Dokter mendatangiku, lalu berkata bahwa kamu tidak tertolong. Mereka berkata seolah mereka melakukan semampu yang mereka bisa untuk menolongnya(yang aku tahu itu semua hanya omongkosong belaka!). 


Satu minggu sebelum kejadian,

   "Aku berdiri, terdiam dan tidak tahu sedang apa aku disana. Aku melihat disekitar ku, Batu Nisan, kuburan. Ya, aku ditempat pemakaman. Aku bingung untuk apa aku disana. Aku melihat beberapa orang sedang menyiapkan satu makam.
Secara tiba - tiba, semua orang berkumpul. Sanak saudara. Aku menyadari seseorang dalam keluargaku ada yang pergi kembali menuju tempat Tuhan. Tapi siapa? Aku bertanya tanya dan takada satupun yang memberi jawaban pasti. Aku mencari - cari. Aku menangis ketika melihat nama disebuah papan Nisan. Tidak mungkin!!. Aku masih tidak percaya, tidak mungkin itu benar terjadi!. Aku tersontak dan tersadar bahwa tepat didepanku ada seseorang yang membeku. Terbungkus rapi oleh kain yang begitu putih nan bersih. Ketika kain wajahnya dibuka, bukan main aku histeris melihatnya. Papah terbaring kaku disana, telah siap untuk diturunkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir."

Tet... Tet... Tet...
   Alarm berbunyi aku terbangun. Papah disana, sedang menonton film disaluran televisi berkabel. Terima kasih lega, ternyata itu hanya sebuah mimpi.

   Sejak aku bermimpi, aku terus memikirkan bagaimana kalau hal itu benar - benar terjadi. Entah mengapa minggu itu menjadi hari hari dimana rasa takut dan rasa kehilangan memenuhi semua ruang dikepalaku. Setiap aku membuka account social media, selalu berita berkabung yang muncul dilaman beranda ku. Kehilangan orang terkasih, merindu akan orang terkasih yang sudah pergi kedunia berbeda. Aku mulai memikirkan mimpi itu dengan serius. Aku belum sepenuhnya menjadi anak yang bisa dibanggakan. Aku masih banyak membuat kesalahan-kesalahan terhadapnya. Mampukah aku hidup tanpa bimbingannya.(?)

   Aku memandangi papah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Melihat rentan fisiknya. Tanpa ku sadari papah sudah semakin menua. Semakin banyak rambut putih yang menghiasi rambut dikepalanya, semakin banyak kerutan diwajahnya. Dan menyadari sudah betapa jarangnya aku tidak bercakap cakap dengannya, tertawa bersama, menikmati waktu bersama.

   Rabu sore, aku mendatangi tempat kerjanya. Sambil membawakan makan siang untuknya. Benar saja papah terkejut akan kedatanganku. Ia bertanya ada gerangan apa aku datang ketempatnya. Aku hanya menyengir seperti kuda dan menjawab "hanya ingin menengok dan membawa makanan kesukaan untuk papah". Papah terlihat sedikit terkejut, dan berkata "kamu bawa apa?" (Terlihat penasaran dengan makanan yang ku bawa). "Soto mie" jawabku sambil membuka bungkusannya. "Yah mana bisa papah makan kalau dibungkus gitu?" Dengan muka sedikit kecewa yang papah coba sembunyikan. Aku berjalan menuju motor ku dan membuka joknya, "tenang, dd bawa tempat sama sendoknya ko" dengan tersenyum aku melihat kearah papah. Lalu aku berkata "papah belum makankan?", papah menjawab dengan singkat "belum". Setelah kusiapkan makanannya, aku mempersilahkan papah makan dan meminta papah untuk berhenti melakukan pekerjaannya. Dan dengan lahap papah menikmati makanannya. "Kamu tau ya kesukaan papah" ucapnya, "iya dong" jawabku cepat.

   Aku mengamati setiap detik berada didepannya. Sesuap demi sesuap makanan ia lahap. Mendengarkan celotehan tentang pekerjaannya yang semakin membaik di hari demi hari. Aku turut senang. Untuk kesekian lamanya aku tak merasakan hal ini. Rasa yang membuat hati ini bergejolak menggebu-gebu. Rasa dimana aku menyadari bahwa betapa aku sangat menyayangi seseorang yang tepat berada didepanku. Aku memutar balik otakku, mencoba mencari memori-memori kenangan indah bersama papah. Tersenyum sendiri memikirkannya. Aku menyadari betapa aku juga sangat mengaguminya. Tidak mau pergi jauh darinya. Betapa aman dan nyamannya aku berada disampingnya.

   Telah selesai dari istirahatnya sejenak, ia harus melanjutkan aktivitasnya kembali. Aku berpamit untuk pulang, tapi papah menahanku. Aku mencoba untuk tinggal lebih lama. Kembali memperhatikan dan berbincang dengannya. Sampai ada beberapa customer datang, mau tak mau ia harus mengiyakan pamitanku. Aku bergegas siap untuk pulang, sambil aku tersenyum dalam balutan masker dan memberikan lambaian tangan. Dia tersenyum mengangguk, mendekatiku lalu mencium keningku dan berkata "hati hati ya de". Lalu aku berlalu pergi.

Sabtu/20 December 2014/15.20

   Sepulang dari kantor, aku berencana ingin berkunjung kembali ke tempat papah. Ingin membelikan makanan kesukaannya lagi. Tapi keadaan pada hari itu selalu tidak mendukungku. Toko dimana yang menjual makanan itu tutup lebih awal. Aku mencari keseliling untuk mencari makanan apa yang bisa aku bawa. Tapi aku terhenti. Tidak ada satupun penjual yang menarik hati. Lalu entah mengapa perasaanku mulai aneh tak karuan. Niat yang kuat untuk menjenguk papah tiba-tiba goyah akan isu yang beredar tentang polisi yang merazia disepanjang jalan menuju tempat kerja papah. Sayangnya aku belum mempunyai izin untuk mengendari sebuah kendaraan. Aku sudah meminta papah jauh-jauh hari sebelumnya untuk menemani ku membuat surat izin menngemudi. Dan ia mengiyakan hari senin akan menemaniku. Karena terpaku akan tidak adanya SIM dan ketakutan akan polisi membuatku mengurungkan niat untuk mengunjungi papah pada sore itu.

   Tiba dirumah, aku bertindak seperti biasa. Menonton tv hingga larut malam. Tetapi entah mengapa disetiap detik dan menit yang berlalu pada malam itu membuat hatiku sedikit tak tenang. Aku melihat jam didinding yang menunjukan pukul 23.17 wib dan bertanya kenapa papah belum pulang juga. Aku sempat mengirim pesan singkat padanya lewat telepon genggam. Meminta ia untuk membelikan sesuatu untukku. Dan Tanpa sadar aku tertidur lelap.

   Pukul 1 dini hari, telepon genggamku berdering. Aku sudah berada dibawah alam sadarku. Aku tak terbangunkan olehnya. Aku benar - benar tertidur pulas. Jam 2 kurang kembali telepon genggamku berdering. Kakakku yang pada saat itu masih terjaga, mengambil hand phone ku karena sedikit penasaran siapa yang meneleponku selarut itu. Ketika dijawabnya, ada suara seorang lelaki yang bertanya apakah kenal dengan nama yang dia sebut adalah benar nama papah. Sontak, kakak ku kaget. Dan seseorang disebrang sana menjelaskan bahwa ia adalah seorang polisi dan memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan yang menimpa papah kami. Kakak Ku berteriak "apa yang terjadi dengan papah?" Yang berhasil membangunkan Ku. Setelah kakakku menutup telepon, dia panik. Dia menangis dan berkata padaku bahwa papah mengalami kecelakaan dan sekarang berada di RSU. Aku kaget bukan main. Dibenakku dipenuhi akan  pertanyaan pertanyaan bagaimana keadaannya. Kakak sudah terkejut dan menggila berkhayal sesuatu yang parah pasti menimpa papah. Aku mencoba menenangkannya dan berteriak tidak akan ada hal buruk yang terjadi menimpa papah.

   Yang benar saja, sesampai di RSU kami menjerit!!! What the fuck hell just happening!! Papah terbaring meronta dengan darah yang banyak disekitar kepalanya. Darah dimana mana. Kakak berteriak dan menangis histeris tak percaya. Aku pun sama menangis histeris. Enggak mungkin orang itu papah, enggak mungkin!!!!!!!! 


Tetapi, kenyataan adalah hal yang sebenarnya paling tidak kita inginkan dan harapkan.




Notes:
   Aku tidak siap untuk memasuki umur yang selanjutnya tanpa kehadiranmu disisi pah. Tidak kuat untuk melangkahkan kaki ini dan menerima kenyataan disetiap harinya bahwa papah sudah tidak bersama kami lagi disini. Iya aku bisa saja menyangkal dan mengatakan bahwa aku disini baik - baik saja. Tapi tinggal menghitung waktu kapan hal itu akan tiba. Kapan rasa yang berkata aku baik-baik saja akan mengakui bahwa sebenarnya aku tidal kuat dan tidak sanggup untuk menjalani ini semua. 

Notes II:

  Terkenang selalu dirimu pah. Salam sayang dari sini untuk papah di Sana. Miss you so much!!!!