Senin, 11 April 2016

68th of 7 days without you

Rasa rindu yang menggebu, rasa gelisah yang membara, air mata yang jatuh dan tak kunjung henti.

     Memandangi batu nisan yang kokoh dengan terpampangnya nama mu disana, sontak membuat memori itu terputar kembali.  Terkenang gelak tawa mu, senyum tulus mu, mimik wajah mu yang.... aaah aku tak tahan untuk mengucapkannya.

     Aku berusaha, sekeras dan sekuat mungkin untuk menerima. Berusaha sebisa mungkin untuk menjalani kehidupan sehari – hari dengan semangat dan senyuman. Dan berusaha untuk setenang mungkin untuk meyakinkan hati bahwa semuanya akan baik  baik saja, namun... keadaan membuat hati gusar tak menentu. Aku masih terpaku oleh rasa kehilangan yang mendalam. Damn fucking you!! Bagaimana bisa kamu tidak merasa sedih berlarut ditinggal oleh orang terkasih dan satu – satunya orang didunia ini yang menyayangi mu tak berbatas (?).

Pipiku mulai kembali basah.

Bodoh. Idiot.

     Ini semakin memburuk. Aku tidak kuat untuk menahan. Rasa sesak didada yang membuatku semakin sakit. Rasa kehilangan yang membuat aku benci akan diriku sendiri. Sedikit demi sedikit hal itu menggerogoti ku. Mulai dari kebahagiaanku yang terenggut, senyuman manis nan tulus ku memudar dan terganti oleh senyum yang dipaksakan, seperti memakai topeng untuk menyembunyikan kesedihan. Kemudian.. keceriaan dan kepercayaandiriku yang perlahan juga mulai menghilang. Aku terus menerus berteriak dalam pikiran “aku baik!”. Tetapi tetap hati merasa tak kunjung tenang. Sekuat apapaun aku menahan rasa, suatu saat ( yaitu sekarang) akan memaksa untuk keluar. Entah melalui air mata atau suara yang menggelegar. Dan tiada kata lega ketika mereka keluar. Yang ada hanya perasaan lelah yang terus – menerus hinggap entah sampai kapan.

     Salah kah aku ? yang terkadang meratapi kepergianmu yang begitu cepat. Aku belum banyak mengucapkan betapa aku menyayangi dirimu, memeluk puas dirimu, membuat dirimu bangga dan bahagia memiliki diriku.

     Apakah aku egois ? (terkadang) meminta kepada Tuhan untuk menggembalikan dirimu kesini ? meminta waktu yang telah berputar jauh untuk kembali pada satu titik dimana dirimu dan diriku berada dalam moment bahagia (?). Aku tidak meminta untuk dirimu hidup selamanya menemani perjalanan hidupku. ( walau ku tahu, sangat teramat berat rasanya hidup tanpa dirimu ). Aku hanya meminta waktu untuk menikmati hari terakhir mu bersama diriku. Jadi akan aku terima jikalau engkau diharuskan untuk pergi. (..................).

     Serasa dentuman – dentuman keras memukuli pintu hatiku. Berucap seenaknya meminta kepada Tuhan apa mau ku. Tidak berkaca diri siapa aku ini. Aaaaaakh!!! Terus aku harus bagaimanaaaa ?? *mulai menangis (lagi)*.

     Aku berdiri didepan cermin, menatap seorang gadis yang memiliki sorotan mata kosong, merah dan bengkak yang sedikit tertutupi oleh kacamatanya. Terdiam sejenak. ******plak******



Kenyataan ini memang sungguh sangat menyakitkan.



     Sekarang aku tersadar, waktu memang sudah tidak bisa kembali lagi. Dirimu memang telah berada didunia yang sangat berbeda. Sedikit demi sedikit aku mencoba menerima itu, walau sakit yang kurasakan itu bukan main sakitnya. Tetapi dalam benak dan hati ku aku yakinkan, dirimu selalu bersama ku, menjaga ku ( karena dirimu pernah berjanji untuk selalu dan selalu menjaga dan mengawasi ku ). Maafkan ya kesalahan yang pernah aku buat. Begitu banyak hingga tak mungkin cukup lembaran ini menuliskan perinciannya. You know that I love you, right (?). Sampai kapanpun, sosokmu tidak akan tergantikan. Akan terkenang selalu, dan aku akan meyakinkan dari bawah sini bahwa aku bisa menjadi apa yang dirimu inginkan kelak. Tiada akhir kata yang bisa mendeskripsikan sosok dirimu pah, begitu banyak kelebihan yang menutupi kekuranganmu sebagai seorang “single - parent”. 


the best man in my life ever.






ps.
teruntuk Papah yang berada disisi Tuhan, dd menyayangimu lebih dari apapun.
sangat teramat merindukan papah.