Rasa rindu yang menggebu, rasa gelisah yang membara, air
mata yang jatuh dan tak kunjung henti.
Memandangi batu nisan yang kokoh dengan terpampangnya nama
mu disana, sontak membuat memori itu terputar kembali. Terkenang gelak tawa mu, senyum tulus mu,
mimik wajah mu yang.... aaah aku tak tahan untuk mengucapkannya.
Aku berusaha, sekeras dan sekuat mungkin untuk menerima. Berusaha
sebisa mungkin untuk menjalani kehidupan sehari – hari dengan semangat dan
senyuman. Dan berusaha untuk setenang mungkin untuk meyakinkan hati bahwa
semuanya akan baik baik saja, namun...
keadaan membuat hati gusar tak menentu. Aku masih terpaku oleh rasa kehilangan
yang mendalam. Damn fucking you!! Bagaimana bisa kamu tidak merasa sedih
berlarut ditinggal oleh orang terkasih dan satu – satunya orang didunia ini
yang menyayangi mu tak berbatas (?).
Pipiku mulai kembali basah.
Bodoh. Idiot.
Ini semakin memburuk. Aku tidak kuat untuk menahan. Rasa sesak
didada yang membuatku semakin sakit. Rasa kehilangan yang membuat aku benci
akan diriku sendiri. Sedikit demi sedikit hal itu menggerogoti ku. Mulai dari
kebahagiaanku yang terenggut, senyuman manis nan tulus ku memudar dan terganti
oleh senyum yang dipaksakan, seperti memakai topeng untuk menyembunyikan
kesedihan. Kemudian.. keceriaan dan kepercayaandiriku yang perlahan juga mulai menghilang.
Aku terus menerus berteriak dalam pikiran “aku baik!”. Tetapi tetap hati merasa
tak kunjung tenang. Sekuat apapaun aku menahan rasa, suatu saat ( yaitu
sekarang) akan memaksa untuk keluar. Entah melalui air mata atau suara yang
menggelegar. Dan tiada kata lega ketika mereka keluar. Yang ada hanya perasaan
lelah yang terus – menerus hinggap entah sampai kapan.
Salah kah aku ? yang terkadang meratapi kepergianmu yang
begitu cepat. Aku belum banyak mengucapkan betapa aku menyayangi dirimu,
memeluk puas dirimu, membuat dirimu bangga dan bahagia memiliki diriku.
Apakah aku egois ? (terkadang) meminta kepada Tuhan untuk
menggembalikan dirimu kesini ? meminta waktu yang telah berputar jauh untuk
kembali pada satu titik dimana dirimu dan diriku berada dalam moment bahagia
(?). Aku tidak meminta untuk dirimu hidup selamanya menemani perjalanan
hidupku. ( walau ku tahu, sangat teramat berat rasanya hidup tanpa dirimu ). Aku
hanya meminta waktu untuk menikmati hari terakhir mu bersama diriku. Jadi akan aku
terima jikalau engkau diharuskan untuk pergi. (..................).
Serasa dentuman – dentuman keras memukuli pintu hatiku. Berucap
seenaknya meminta kepada Tuhan apa mau ku. Tidak berkaca diri siapa aku ini. Aaaaaakh!!!
Terus aku harus bagaimanaaaa ?? *mulai menangis (lagi)*.
Aku berdiri didepan cermin, menatap seorang gadis yang
memiliki sorotan mata kosong, merah dan bengkak yang sedikit tertutupi oleh
kacamatanya. Terdiam sejenak. ******plak******
Kenyataan ini memang sungguh sangat menyakitkan.
Sekarang aku tersadar, waktu memang sudah tidak bisa kembali
lagi. Dirimu memang telah berada didunia yang sangat berbeda. Sedikit demi
sedikit aku mencoba menerima itu, walau sakit yang kurasakan itu bukan main
sakitnya. Tetapi dalam benak dan hati ku aku yakinkan, dirimu selalu bersama
ku, menjaga ku ( karena dirimu pernah berjanji untuk selalu dan selalu menjaga
dan mengawasi ku ). Maafkan ya kesalahan yang pernah aku buat. Begitu banyak
hingga tak mungkin cukup lembaran ini menuliskan perinciannya. You know that I
love you, right (?). Sampai kapanpun, sosokmu tidak akan tergantikan. Akan terkenang
selalu, dan aku akan meyakinkan dari bawah sini bahwa aku bisa menjadi apa yang
dirimu inginkan kelak. Tiada akhir kata yang bisa mendeskripsikan sosok dirimu
pah, begitu banyak kelebihan yang menutupi kekuranganmu sebagai seorang “single
- parent”.
the best man in my life ever.
ps.
teruntuk Papah yang berada disisi Tuhan, dd menyayangimu lebih dari apapun.
sangat teramat merindukan papah.