Sabtu, 04 Juli 2015

No feels, just crying a lot.

Tidak terasa ya... Bulan ramadhan sudah setengah berjalan. Hanya hitungan hari lagi Hari raya idul fitri itu akan tiba.

Aku sebagai "aku".

Entah mengapa diriku tidak merasakan sesuatu yang menarik dan rasa menggebu-gebu menyambut hari itu.

Yang kita semua tau.. Hari Raya itu penuh dengan sanak saudara yang datang saling mengunjungi, kue - kue serba manis dan khas menghiasi setiap meja yang Ada, Hampir tak luput disetiap sudutnya. Aroma baju baru yang belum hilang tercuci. Keceriaan adik-adik kecil menerima "THR" nya. Betapa senyum dan tawa mereka mengiangi seisi rumah. Tapii.. Itu hanya beberapa dari kita yang mengalami "the perfect life with the perfect time and the perfect family".

Contohnya.. Diriku ini. Sepertinya yang aku katakan diawal. Tahun ini terasa hampa. Tidak ada sesuatu yang membuat diriku 'feels something' tentang itu.
Keluarga? Ayahku baru pergi untuk selamanya 6 bulan 14 Hari yang lalu. Ibuku? Berada di Jakarta bersama keluarga barunya dan tetap dengan perilaku lamanya. Nenek, Kakek, dan saudara dari ayah.. Tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Dan aku? Hidup sendiri bersama kakak laki-laki ku ( kakak satu satunya yang aku punya ).

Alasan ? Pasti kalian menanyakan.. Kenapa(?). Kenapa aku merasakan hampa(?), kenapa aku begini, kenapa aku begitu, dan bla bla bla. Bahkan aku bertaruh.. Ada beberapa diantara kalian yang men'judge' diriku. Ya, hak kalian bertanya dan hak kalian juga untuk men'judge'. Wajar kalian bertanya karena aku begitu banyak memberikan teka-teki tentang kehidupan ku.

Cerita? Ah, banyak sekali cerita-cerita yang ingin aku bagi disini. Rangkaian kata-kata terus menumpuk dikepala, tapi enggan bagiku untuk merangkainya menjadi sebuah dan berbagai cerita. Aku bukan tipe orang yang suka membagi cerita kehidupan ku begitu saja. Karena begitu banyak diantara orang yang ingin tahu ceritaku, yang sekedar hanya untuk tahu.. tanpa rasa peduli, simpati. Malah ada beberapa diantara kalian yang 'sok' tahu menahu akan diriku.

Ayolah..
Tidak cukupkah masalah dikehidupanmu sampai membuat masalah dengan kehidupan orang lain? 'Gosip' satu persatu bermunculan, gosip yang telah lama beredar tapi baru saat ini aku mengetahuinya, terus berkembang dibelakang ku. Dan apa maksud semua itu(?). Sadarkah kalian, ucapan kalian itu bagaikan pisau kecil yang menyayat-yayat di kulit(?). Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti menghancurkan rasa kepercayaan diriku terhadap orang lain. Salahkah aku?

Aku berubah(?). Sikap dan perbuatanku kini tak seperti dulu lagi. Ya.. Aku mengubah beberapa sikap ku terhadap orang lain. Jangan salah artikan perbuatan aku mengubah diriku. Aku hanya lebih peduli dengan diriku sendiri. Dulu, prioritas utamaku adalah orang-orang disekitarku. Aku berbuat sesuatu, melakukan hal ini-itu.. Bahkan rela mengatasnamakan kesalahan orang lain atas nama diriku. Bukan bermaksud untuk menjadi Supergirl. Hanya saja dengan berbuat seperti itu, ada rasa kepuasan tersendiri. Sulit bagiku untuk menjelaskan lebih dalam.. (Haha). Intinya aku tidak mau membuat orang lain kecewa dan selagi aku bisa membantu, aku akan berusaha. Tapi kemudian... Aku digampangkan begitu saja. Seenaknya mempermainkan perasaan diriku. Dengan mudahnya kalian memintaku untuk melakukan hal-hal yang menurut penilaian 'orang lain' tidak pantas. Tapi aku menurut. Karena tuntutan dan keadaan. Betapa malangnya diriku. Menyedihkan(?). Untuk kesekian kalinya aku tetap diam. Terpaku akan keadaan yang membelenggu.

Hal lain, aku masih heran kenapa kalian menganggap diriku kurang baik dimata kalian. Apa karena aku sudah tidak menuruti kemauan kalian lagi?. Aku pernah dengar.. Kalian mengatakan aku mengecewakan kalian. Tapi pernahkah kalian... Memikirkan gimana rasaku diperlakukan. Sebanyak apapun perbuatan diriku, hanya dipandang sebelah mata, dikecilkan, tidak dihargai. Tapi, hanya beberapa kesalahan, kalian memaki, menjelekan diriku, mendiamkan diriku.

Terfikirkah oleh kalian perasaan diriku(?). Betapa sakitnya batin ini. Secara fisik, aku baik. Tapi jiwa ku berteriak. 'Untungnya' Tuhan memberikan aku kekuatan. Kekuatan yang terbatas tapi (sekali lagi berterima kasih kepada-Nya) masih mampu untuk menyembunyikan rasa sakit ini. Entah sampai kapan aku bisa menyembunyikannya.

Menangis(lagi), menangis(lagi) dan menangis(lagi). Aaah, betapa lemahnya diri ini. Aku sungguh tidak bisa menyembunyikan rasa ini. Setiap aku mencambuk diriku untuk lebih tegar, disaat itu juga aku menangis sejadi-jadinya. (Tapi) Hanya didepan Tuhan. Akhirnya, aku menceritakan semua kepada-Nya. Seberapa sakitnya hati ini. Seberapa memalukannya aku dimata-Nya. Walau kadang aku merasa hanya (seperti) sebelah pihak saja, tapi aku yakin Dia mendengarkan.

Pada akhirnya.. Aku sadar. Bahwa semua ini berkat Tuhan (juga). Tuhan memberikan penglihatan secara dini.  Aku ingin berterima kasih. Terima kasih kalian telah (membantu) membuka mataku. Betapa bodohnya diriku selama ini. Mengiyakan permintaan kalian tanpa berfikir dampaknya bagi diriku.

Bukan ingin egois atau apa. Hanya saja aku berfikir sejenak.. Setelah perbuatanku, dan perbuatan kalian terhadapku..
" Apakah.. Jika nanti aku lemah tak berdaya, akankah kalian hadir membantuku, menopangku untuk berdiri?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar