Jumat, 16 Oktober 2015

Kamu

     Hallo kamu.. Iya kamu.

     Kamu yang selalu memunggungi ku. Melihat ku ketika aku tak melihatmu. Terkadang memperhatikanku ketika aku fokus pada kerjaanku. Iya aku tahu, diam - diam kadang kamu sedang memperhatikan dan memandangiku dari kejauhan. Bukannya aku "sok kepedean" akan hal itu, TIDAK. Hanya saja aku merasa, dan benar adanya ketika aku melihatmu kamu langsung memalingkan pandanganmu dariku.

     Teringat pada suatu hari, ketika aku untuk pertama kalinya melihatmu berjalan dikoridor. Aku hanya memandangimu dari balik meja kerjaku sambil bertanya - tanya siapakah dirimu. Aku tersipu malu, ketika harus bertemu pada satu titik dimana kita saling bertemu pandang. Pada saat itu aku hanya berfikir, aku menyukaimu. Aku langsung jatuh hati ketika melihat mu. Aura mu membuat jantung ini berdegup lebih kencang. Sorotan matamu membuat darah ini mengalir lebih cepat, seakan ada pendorong yang kuat dan emosi kebahagiaan yang semakin meningkat.

     Iya aku bahagia, hanya dengan melihat bagian dari dirimu. Punggungmu, matamu, semua akan dirimu membuatku tak bisa berkata apa apa. Aku terpana akan sosok mu. Gaya bicaramu yang khas ditelingaku. Tatapan mu yang.... Ah aku benar-benar jatuh didalamnya. Entah perasaan apa yang membuatku mabuk kepayang akan semua tentang dirimu.

     11 bulan yang lalu, untuk pertama kalinya aku melihat mu. Hari demi hari setelah itu aku menghabiskan waktuku (selain bekerja) hanya untuk mencari siapa dirimu, siapa namamu, darimana asalmu, dan yang terpenting....."are you still single?". Berusaha tiada henti aku mencoba, menjelajahi dunia Maya, melihat data dirimu di data karyawan ( yeah I'm the genius stalker �� ). Dan akhirnya aku tahu namamu, siapa dirimu, dan status kamu kala itu adalah "single". Bukan main hati ini berkata "aaaaaargh thank God!!!!!", disitu ada harapan. Lalu aku berdo'a, "Tuhan, jika memang dia.. Tolong dekatkan kami, tolong permudahkanlah jalanku untuk bisa berada disampingnya". Dan tahukah ? Tuhan benar-benar mewujudkannya.

     1 bulan setelah usahahku itu, jarak antara aku dan kamu semakin dekat. Aku bisa melihatmu, kamupun sama bisa melihat diriku disini. Hari hariku dipenuhi dengan betapa bersyukurnya diriku. Kebahagian yang hadir dengan hanya melihatmu. Mendengarkan ceritamu, kamu menanyakan hal-hal yang ingin kamu ketahui tentang diriku. Ya, kita berbincang bersama. Belum lagi candamu yang elegan, yang dapat membuatku tidak bisa berpaling untuk terus memandangimu. Lalu gelak tawamu yang membuatku merasa kamu lebih dari cukup. Cukup sudah untuk membuatku merasa bahagia dan bersyukur tiada henti.

     Sesaat. Iya, kebahagiaan yang hadir hanya untuk sesaat. Aku mendapati bahwa dirimu telah mengikat janji suci dengan orang lain. Hatiku hancur. Kebahagian yang telah aku bangun, runtuh tak berbentuk. Rasa sayang yang kian semakin dalam, sekejap berubah menjadi kekecewaan yang berlarut. Untuk sekarang dan hari-hari berikutnya canda tawamu, dan perbincangan bersama dirimu akan menjadi belati kecil yang menggores-gores dihatiku. Aku terpuruk bersama kenangan-kenangan manis tentang dirimu. Dengan melihatmu pun (sekarang) hati ini terasa sakit. Rasa sakit didada ketika aku tahu kamu bukanlah ditakdirkan untukku. Kesedihanku meluap, aku menangis.

     Ya aku bodoh!. Aku terlalu mengharapkan sesuatu yang pada akhirnya aku tahu itu hanya khayalan semata.

Jumat, 09 Oktober 2015

Unforgettable Memories

21 desember 2014
   Aku telah kehilangan seseorang yang begitu amat sangat menyayangiku. Jam 20.10, untuk terakhir kalinya aku mendengar detak jantungnya. Untuk terakhir kalinya aku merasakan kehangatan tangannya. Untuk selama lamanya papah tertidur dalam kedamaian.

20.00/21 desember 2014
   Aku menggenggam tangan nya, aku merasakan sudah tidak ada tenaga lagi disana. Kesunyian yang dibuatnya semakin membuatku gusar. Aku membisikan berkali kali ditelinganya, bahwa aku sangat teramat menyayanginya, aku rela jika sudah waktunya (dalam hati aku tak kuat menahan seandainya itu yang terjadi). Aku tidak kuat melihat dirimu yang terbaring dengan balutan penuh darah dikepala. Terbaring lemas tak berdaya. Bahkan untuk membuka mata saja dirimu tak sanggup. Betapa naif dan egoisnya diriku kalau membuatmu harus bertahan dengan keadaan seperti itu.

20.15/21 desember 2014
   Aku merapihkan bajumu, membuat dirimu senyaman mungkin. Memberikan jaketku untuk menghangatkan dirimu. Tak sengaja aku melihat kesekeliling.. Alat alat medis yang begitu asing. Infusan yang menurutku untuk apa benda itu disana. Lalu, aku terpaku pada monitor yang menunjukan angka yang menghitung mundur. Aku yakin itu adalah semacam benda yang mengukur denyut jantung mu. Seketika aku memanggil seseorang yang mengerti akan hal itu. Semakin lama semakin cepat angka itu berubah ke angka yang lebih kecil. Beberapa orang datang menghampiri mu, tirai ditutup, mereka melakukan sesuatu didadamu. Aku panik, aku menangis, aku memohon, jangan! Jangan! Dan jangan!!! Damn!! Fuck!! Shit!! Aku menjambak rambutku. Seperti orang yang kesetanan. Aku tidak percaya hal ini benar terjadi!!!! Dokter mendatangiku, lalu berkata bahwa kamu tidak tertolong. Mereka berkata seolah mereka melakukan semampu yang mereka bisa untuk menolongnya(yang aku tahu itu semua hanya omongkosong belaka!). 


Satu minggu sebelum kejadian,

   "Aku berdiri, terdiam dan tidak tahu sedang apa aku disana. Aku melihat disekitar ku, Batu Nisan, kuburan. Ya, aku ditempat pemakaman. Aku bingung untuk apa aku disana. Aku melihat beberapa orang sedang menyiapkan satu makam.
Secara tiba - tiba, semua orang berkumpul. Sanak saudara. Aku menyadari seseorang dalam keluargaku ada yang pergi kembali menuju tempat Tuhan. Tapi siapa? Aku bertanya tanya dan takada satupun yang memberi jawaban pasti. Aku mencari - cari. Aku menangis ketika melihat nama disebuah papan Nisan. Tidak mungkin!!. Aku masih tidak percaya, tidak mungkin itu benar terjadi!. Aku tersontak dan tersadar bahwa tepat didepanku ada seseorang yang membeku. Terbungkus rapi oleh kain yang begitu putih nan bersih. Ketika kain wajahnya dibuka, bukan main aku histeris melihatnya. Papah terbaring kaku disana, telah siap untuk diturunkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir."

Tet... Tet... Tet...
   Alarm berbunyi aku terbangun. Papah disana, sedang menonton film disaluran televisi berkabel. Terima kasih lega, ternyata itu hanya sebuah mimpi.

   Sejak aku bermimpi, aku terus memikirkan bagaimana kalau hal itu benar - benar terjadi. Entah mengapa minggu itu menjadi hari hari dimana rasa takut dan rasa kehilangan memenuhi semua ruang dikepalaku. Setiap aku membuka account social media, selalu berita berkabung yang muncul dilaman beranda ku. Kehilangan orang terkasih, merindu akan orang terkasih yang sudah pergi kedunia berbeda. Aku mulai memikirkan mimpi itu dengan serius. Aku belum sepenuhnya menjadi anak yang bisa dibanggakan. Aku masih banyak membuat kesalahan-kesalahan terhadapnya. Mampukah aku hidup tanpa bimbingannya.(?)

   Aku memandangi papah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Melihat rentan fisiknya. Tanpa ku sadari papah sudah semakin menua. Semakin banyak rambut putih yang menghiasi rambut dikepalanya, semakin banyak kerutan diwajahnya. Dan menyadari sudah betapa jarangnya aku tidak bercakap cakap dengannya, tertawa bersama, menikmati waktu bersama.

   Rabu sore, aku mendatangi tempat kerjanya. Sambil membawakan makan siang untuknya. Benar saja papah terkejut akan kedatanganku. Ia bertanya ada gerangan apa aku datang ketempatnya. Aku hanya menyengir seperti kuda dan menjawab "hanya ingin menengok dan membawa makanan kesukaan untuk papah". Papah terlihat sedikit terkejut, dan berkata "kamu bawa apa?" (Terlihat penasaran dengan makanan yang ku bawa). "Soto mie" jawabku sambil membuka bungkusannya. "Yah mana bisa papah makan kalau dibungkus gitu?" Dengan muka sedikit kecewa yang papah coba sembunyikan. Aku berjalan menuju motor ku dan membuka joknya, "tenang, dd bawa tempat sama sendoknya ko" dengan tersenyum aku melihat kearah papah. Lalu aku berkata "papah belum makankan?", papah menjawab dengan singkat "belum". Setelah kusiapkan makanannya, aku mempersilahkan papah makan dan meminta papah untuk berhenti melakukan pekerjaannya. Dan dengan lahap papah menikmati makanannya. "Kamu tau ya kesukaan papah" ucapnya, "iya dong" jawabku cepat.

   Aku mengamati setiap detik berada didepannya. Sesuap demi sesuap makanan ia lahap. Mendengarkan celotehan tentang pekerjaannya yang semakin membaik di hari demi hari. Aku turut senang. Untuk kesekian lamanya aku tak merasakan hal ini. Rasa yang membuat hati ini bergejolak menggebu-gebu. Rasa dimana aku menyadari bahwa betapa aku sangat menyayangi seseorang yang tepat berada didepanku. Aku memutar balik otakku, mencoba mencari memori-memori kenangan indah bersama papah. Tersenyum sendiri memikirkannya. Aku menyadari betapa aku juga sangat mengaguminya. Tidak mau pergi jauh darinya. Betapa aman dan nyamannya aku berada disampingnya.

   Telah selesai dari istirahatnya sejenak, ia harus melanjutkan aktivitasnya kembali. Aku berpamit untuk pulang, tapi papah menahanku. Aku mencoba untuk tinggal lebih lama. Kembali memperhatikan dan berbincang dengannya. Sampai ada beberapa customer datang, mau tak mau ia harus mengiyakan pamitanku. Aku bergegas siap untuk pulang, sambil aku tersenyum dalam balutan masker dan memberikan lambaian tangan. Dia tersenyum mengangguk, mendekatiku lalu mencium keningku dan berkata "hati hati ya de". Lalu aku berlalu pergi.

Sabtu/20 December 2014/15.20

   Sepulang dari kantor, aku berencana ingin berkunjung kembali ke tempat papah. Ingin membelikan makanan kesukaannya lagi. Tapi keadaan pada hari itu selalu tidak mendukungku. Toko dimana yang menjual makanan itu tutup lebih awal. Aku mencari keseliling untuk mencari makanan apa yang bisa aku bawa. Tapi aku terhenti. Tidak ada satupun penjual yang menarik hati. Lalu entah mengapa perasaanku mulai aneh tak karuan. Niat yang kuat untuk menjenguk papah tiba-tiba goyah akan isu yang beredar tentang polisi yang merazia disepanjang jalan menuju tempat kerja papah. Sayangnya aku belum mempunyai izin untuk mengendari sebuah kendaraan. Aku sudah meminta papah jauh-jauh hari sebelumnya untuk menemani ku membuat surat izin menngemudi. Dan ia mengiyakan hari senin akan menemaniku. Karena terpaku akan tidak adanya SIM dan ketakutan akan polisi membuatku mengurungkan niat untuk mengunjungi papah pada sore itu.

   Tiba dirumah, aku bertindak seperti biasa. Menonton tv hingga larut malam. Tetapi entah mengapa disetiap detik dan menit yang berlalu pada malam itu membuat hatiku sedikit tak tenang. Aku melihat jam didinding yang menunjukan pukul 23.17 wib dan bertanya kenapa papah belum pulang juga. Aku sempat mengirim pesan singkat padanya lewat telepon genggam. Meminta ia untuk membelikan sesuatu untukku. Dan Tanpa sadar aku tertidur lelap.

   Pukul 1 dini hari, telepon genggamku berdering. Aku sudah berada dibawah alam sadarku. Aku tak terbangunkan olehnya. Aku benar - benar tertidur pulas. Jam 2 kurang kembali telepon genggamku berdering. Kakakku yang pada saat itu masih terjaga, mengambil hand phone ku karena sedikit penasaran siapa yang meneleponku selarut itu. Ketika dijawabnya, ada suara seorang lelaki yang bertanya apakah kenal dengan nama yang dia sebut adalah benar nama papah. Sontak, kakak ku kaget. Dan seseorang disebrang sana menjelaskan bahwa ia adalah seorang polisi dan memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan yang menimpa papah kami. Kakak Ku berteriak "apa yang terjadi dengan papah?" Yang berhasil membangunkan Ku. Setelah kakakku menutup telepon, dia panik. Dia menangis dan berkata padaku bahwa papah mengalami kecelakaan dan sekarang berada di RSU. Aku kaget bukan main. Dibenakku dipenuhi akan  pertanyaan pertanyaan bagaimana keadaannya. Kakak sudah terkejut dan menggila berkhayal sesuatu yang parah pasti menimpa papah. Aku mencoba menenangkannya dan berteriak tidak akan ada hal buruk yang terjadi menimpa papah.

   Yang benar saja, sesampai di RSU kami menjerit!!! What the fuck hell just happening!! Papah terbaring meronta dengan darah yang banyak disekitar kepalanya. Darah dimana mana. Kakak berteriak dan menangis histeris tak percaya. Aku pun sama menangis histeris. Enggak mungkin orang itu papah, enggak mungkin!!!!!!!! 


Tetapi, kenyataan adalah hal yang sebenarnya paling tidak kita inginkan dan harapkan.




Notes:
   Aku tidak siap untuk memasuki umur yang selanjutnya tanpa kehadiranmu disisi pah. Tidak kuat untuk melangkahkan kaki ini dan menerima kenyataan disetiap harinya bahwa papah sudah tidak bersama kami lagi disini. Iya aku bisa saja menyangkal dan mengatakan bahwa aku disini baik - baik saja. Tapi tinggal menghitung waktu kapan hal itu akan tiba. Kapan rasa yang berkata aku baik-baik saja akan mengakui bahwa sebenarnya aku tidal kuat dan tidak sanggup untuk menjalani ini semua. 

Notes II:

  Terkenang selalu dirimu pah. Salam sayang dari sini untuk papah di Sana. Miss you so much!!!!

Selasa, 21 Juli 2015

"Status"

Satu persatu, teman seperjuangan, teman masa kecil, teman sepergaulan, teman hang out bareng, teman segala-galanya telah membuka lembaran baru dikehidupannya. Mewarnai setiap lembar buku kehidupan dengan warna yang berbeda, warna yang lebih menarik.

"You're invited to come to our wedding on ......... And ....... . we were so exciting to see you're watching our special moment in our life. And bla~bla~bla" To : Mrs. Anonim

Seketika begitulah beberapa kutipan yang tercantum di Surat undangan teman ku.

Aku telah berhasil lulus SMA, membuat beberapa jeda untuk masuk keperguruan tinggi tidak begitu sulit untuk dapat mencapai sebuah gelar di belakang nama ku.

Ms. Anonim S.Psi. Aku telah lulus kuliah 6 bulan yang lalu, dan sekarang aku sudah memakai gelarku ini untuk bekerja disebuah perusahaan asing di Jakarta. Mempunyai karir cemerlang, Bos yang sangat mengagumkan, dan rekan kerja yang begitu bersahabat.. yang tak memungkinkan untuk ku berhenti dari zona nyaman ini hanya untuk mencari suatu hal yang baru.

Aku hidup seorang diri, sebatang kara, hanya little pony yang setiap harinya menemani hari hari ku. Dia anjing Ku. Yang ku adopsi dengan ilegal. Kutemukan dia terduduk letih diujung jalan ketika aku hendak pulang. Sanak saudara ku yang terdekat ada di Papua. Ya, mereka tersebar dimana-mana. Sudah cukup sukses dengan karir masing - masing dan sedikit ada rasa gengsi untuk kembali bersama dan mengucapkan "aku merindukan keluargaku". Tidak, kami tidak di didik untuk menjadi orang yang gengsi akan hal hal yang menyangkut emosional.. Hanya saja, pergaulanlah yang melakukannya.

Ok, ok... Cukup dengan pengenalan diriku. Kembali kepada topik semula..
Aku ingin beropini tentang status yang akhir - akhir ini mengusik hati. Ingin mengungkapkan secara lisan tapi mulut ini tak memberi cukup arahan yang baik untuk mengeluarkan apa yang ada di kepalaku. Jadi aku mencurahkannya di sini.

Berawal dari tulisan pada paragraf pertama, pasti gak sedikit dari kalian yang mengalami hal serupa. Membuat hati sedikit gelisah tak tentu arah, mood yang sewaktu - waktu berubah. Keinginan yang terbendung (mungkin)cukup lama dan tak cukup hati untuk menunggu sampai kapan lagi. "Menikah".

Dengan usia yang bisa dibilang sudah cukup untuk membina dan membangun Rumah tangga, sudah mencapai target dimana kita sudah harus mulai memegang sebuah tanggung jawab yang cukup besar, sudah waktunya juga untuk keluar dari zona yang amat terlalu nyaman untuk diri kita sendiri (memikirkan diri sendiri). Kenapa tidak ?

Tapi selain fisik, usia, dan kemapanan seseorang mau itu perempuan atau laki - laki.. Ada satu faktor, dimana faktor ini sangat sangat amat menggantung. Pasangan... Kita gak mungkin kan menikahi diri sendiri?? Hell oooo.. No.... We're not psycho.

Buat kalian yang sudah memiliki pasangan di usia yang matang dan waktu yang tepat, gak dapat dipungkiri lagi kalau diantara kalian pasti sudah ada rencana untuk melangkah kejenjang berikutnya. Tapi... Bagaimana dengan kamiii **(?), para Single(s).

Beberapa hari lalu, tepatnya pada hari Raya Idul Fitri adalah hari dimana itu menjadi beberapa waktu- waktu terpahit yang pernah kami* alami. Bagaimana tidak..(?). Tidak kah kalian para single mendapat beberapa ucapan seakan ucapan itu adalah bom yang tepat waktu meledak dihati kalian dan asap mengaliri seisi tubuh kalian?.
"Kapan menikah?", "Mana pasanganmu?" Adalah kata - kata favorite yang keluar dari mulut sanak saudara. Dan kami* hanya bisa tersenyum paksa tanpa terucap jawaban pasti, dan atau mungkin ada yang beberapa dari kalian yang tersedak oleh tajamnya rasa cabai yang begitu terasa di santapan rendang buatan mantan?. Ouh yeah.. It's hurt!. Atau yang lebih sadis lagi... Saudara yang berkunjung dari luar negeri berkata, "Yang kemarin ko gak diajak?". Argggh apakah aku harus membuat status di group bbm keluarga agar mereka tahu kalau aku sudah putus (?) .

Belum lagi saat kita** hangout bersama teman se-geng. Ketika para sahabat mencurahkan kemesraan dan kesetiaan pasangan mereka, hal-hal annoying pasangan terhadap mereka, dan bla bla bla lainnya, tapi kita**(?) Kita hanya termenung, berandai - andai perlakuan itu dilakukan oleh orang yang kita suka. Atau kita hanya bisa terdiam tanpa kata. Hanya cukup mendengarkan, tapi hati bagai teriris - iris tipis oleh tajamnya pisau dapur.

Nasib yang diterima pun sama menyakitkan nya bahkan lebih ketika kita berada disekelilingan laupan orang berpasangan. Ketika melihat pasangan yang tertawa bahagia, bergandengan tangan, bermesraan.. Aaaaaargkh, kalian membuat iriiiii!!!! ����

("GUE SINGLE BUKAN JOMBLO".)

Suck to be JOMBLO isn't it?. Teman, keluarga, bahkan orang tak dikenal pun seakan membully ��. But, how about being single ?. Dalam arti harafiah mungkin sama. Yang berarti sendiri, gak punya pasangan dan sebagainya. Tapi mereka punya makna yang berbeda.
Untuk "jomblo" itu nasib mu nak. Seberapa banyak usaha kamu mendekatkan diri kepada sejuta lawan jenis diseluruh dunia, kalau emang nasib mu sendiri ya udah sendiri sampai kapan pun juga. Terkecuali Tuhan yang berkehendak.
Untuk "SINGLE", ada beberapa lawan jenis yang mencoba menaklukan hatinya tapi sayangnya si subject memilih untuk sendiri daripada membangun sebuah hubungan. Lebih nyaman dengan kesendirian.
Perbedaan yang cukup signifikan ( atau pembelaan pintar terhadap status? ����).

Tapi (jujur) buat para strangers.. Please, do not quickly to judge us!. Kita memang tidak seperti kalian para wanita atau pria yang sudah berpasangan. Yang mungkin "menurut kalian" kesehariannya membosankan , penuh dengan aktifitas kesendirian dan apalah apalah ituu. Tapi yakin deh pasti hidup kami bisa sama atau pun bisa lebih berwarna dibanding kalian... Yah beberapa .

For us* Thinking positive. That's the key. Berfikir pasti nanti ada waktunya dimana kita udah gak sendiri. Dimana tanggung jawab gak hanya untuk perbuatan diri sendiri. Dimana harus bisa menyelesaikan problematika yang menyangkup dua, tiga, atau empat pemikiran. Semua ada waktunya, ada bagian - bagiannya. Kita hanya perlu menikmati setiap langkah dalam proses mencapai akhir nya.

We are free, young (definitely) and wild (probably), unstoppable ( of course). Gak terpaku dengan aturan aturan dan batasan batasan sebagaimana yang orang berpasangan melakukannya.
Couple(s) ? You'll miss it !!

And that's what Single meant to be. .��

And FYI.. I'm single! .��

-note-

*jomblo
**(aku menyebutkan "kami"/"kita" Karena aku tau dari beberapa orang yang membaca blog ini adalah single people.. I knew because I know I'm not alone )����

Sabtu, 04 Juli 2015

Bornday

Dear beloved granny..
Selamat ulang tahun amiih :).
Semoga Tuhan memberi umur yang panjang untuk mu, memberi kesehatan selalu, memberi kecerian dan kebahagian di hari hari mu. :*
Semoga dd bisa membahagiakan mu kelak dengan hasil keringat dd sendiri .
Maafkan dd yang tak pernah hadir dihari-hari mu.
Tapi percayalah, sayang yang tak pernah  padam ini akan selalu ada untuk mu,
Do'a ku selalu menyertai nama mu.
Salam sayang dan hangat,
Your Lovely grandchild
Me, 😊

No feels, just crying a lot.

Tidak terasa ya... Bulan ramadhan sudah setengah berjalan. Hanya hitungan hari lagi Hari raya idul fitri itu akan tiba.

Aku sebagai "aku".

Entah mengapa diriku tidak merasakan sesuatu yang menarik dan rasa menggebu-gebu menyambut hari itu.

Yang kita semua tau.. Hari Raya itu penuh dengan sanak saudara yang datang saling mengunjungi, kue - kue serba manis dan khas menghiasi setiap meja yang Ada, Hampir tak luput disetiap sudutnya. Aroma baju baru yang belum hilang tercuci. Keceriaan adik-adik kecil menerima "THR" nya. Betapa senyum dan tawa mereka mengiangi seisi rumah. Tapii.. Itu hanya beberapa dari kita yang mengalami "the perfect life with the perfect time and the perfect family".

Contohnya.. Diriku ini. Sepertinya yang aku katakan diawal. Tahun ini terasa hampa. Tidak ada sesuatu yang membuat diriku 'feels something' tentang itu.
Keluarga? Ayahku baru pergi untuk selamanya 6 bulan 14 Hari yang lalu. Ibuku? Berada di Jakarta bersama keluarga barunya dan tetap dengan perilaku lamanya. Nenek, Kakek, dan saudara dari ayah.. Tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Dan aku? Hidup sendiri bersama kakak laki-laki ku ( kakak satu satunya yang aku punya ).

Alasan ? Pasti kalian menanyakan.. Kenapa(?). Kenapa aku merasakan hampa(?), kenapa aku begini, kenapa aku begitu, dan bla bla bla. Bahkan aku bertaruh.. Ada beberapa diantara kalian yang men'judge' diriku. Ya, hak kalian bertanya dan hak kalian juga untuk men'judge'. Wajar kalian bertanya karena aku begitu banyak memberikan teka-teki tentang kehidupan ku.

Cerita? Ah, banyak sekali cerita-cerita yang ingin aku bagi disini. Rangkaian kata-kata terus menumpuk dikepala, tapi enggan bagiku untuk merangkainya menjadi sebuah dan berbagai cerita. Aku bukan tipe orang yang suka membagi cerita kehidupan ku begitu saja. Karena begitu banyak diantara orang yang ingin tahu ceritaku, yang sekedar hanya untuk tahu.. tanpa rasa peduli, simpati. Malah ada beberapa diantara kalian yang 'sok' tahu menahu akan diriku.

Ayolah..
Tidak cukupkah masalah dikehidupanmu sampai membuat masalah dengan kehidupan orang lain? 'Gosip' satu persatu bermunculan, gosip yang telah lama beredar tapi baru saat ini aku mengetahuinya, terus berkembang dibelakang ku. Dan apa maksud semua itu(?). Sadarkah kalian, ucapan kalian itu bagaikan pisau kecil yang menyayat-yayat di kulit(?). Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti menghancurkan rasa kepercayaan diriku terhadap orang lain. Salahkah aku?

Aku berubah(?). Sikap dan perbuatanku kini tak seperti dulu lagi. Ya.. Aku mengubah beberapa sikap ku terhadap orang lain. Jangan salah artikan perbuatan aku mengubah diriku. Aku hanya lebih peduli dengan diriku sendiri. Dulu, prioritas utamaku adalah orang-orang disekitarku. Aku berbuat sesuatu, melakukan hal ini-itu.. Bahkan rela mengatasnamakan kesalahan orang lain atas nama diriku. Bukan bermaksud untuk menjadi Supergirl. Hanya saja dengan berbuat seperti itu, ada rasa kepuasan tersendiri. Sulit bagiku untuk menjelaskan lebih dalam.. (Haha). Intinya aku tidak mau membuat orang lain kecewa dan selagi aku bisa membantu, aku akan berusaha. Tapi kemudian... Aku digampangkan begitu saja. Seenaknya mempermainkan perasaan diriku. Dengan mudahnya kalian memintaku untuk melakukan hal-hal yang menurut penilaian 'orang lain' tidak pantas. Tapi aku menurut. Karena tuntutan dan keadaan. Betapa malangnya diriku. Menyedihkan(?). Untuk kesekian kalinya aku tetap diam. Terpaku akan keadaan yang membelenggu.

Hal lain, aku masih heran kenapa kalian menganggap diriku kurang baik dimata kalian. Apa karena aku sudah tidak menuruti kemauan kalian lagi?. Aku pernah dengar.. Kalian mengatakan aku mengecewakan kalian. Tapi pernahkah kalian... Memikirkan gimana rasaku diperlakukan. Sebanyak apapun perbuatan diriku, hanya dipandang sebelah mata, dikecilkan, tidak dihargai. Tapi, hanya beberapa kesalahan, kalian memaki, menjelekan diriku, mendiamkan diriku.

Terfikirkah oleh kalian perasaan diriku(?). Betapa sakitnya batin ini. Secara fisik, aku baik. Tapi jiwa ku berteriak. 'Untungnya' Tuhan memberikan aku kekuatan. Kekuatan yang terbatas tapi (sekali lagi berterima kasih kepada-Nya) masih mampu untuk menyembunyikan rasa sakit ini. Entah sampai kapan aku bisa menyembunyikannya.

Menangis(lagi), menangis(lagi) dan menangis(lagi). Aaah, betapa lemahnya diri ini. Aku sungguh tidak bisa menyembunyikan rasa ini. Setiap aku mencambuk diriku untuk lebih tegar, disaat itu juga aku menangis sejadi-jadinya. (Tapi) Hanya didepan Tuhan. Akhirnya, aku menceritakan semua kepada-Nya. Seberapa sakitnya hati ini. Seberapa memalukannya aku dimata-Nya. Walau kadang aku merasa hanya (seperti) sebelah pihak saja, tapi aku yakin Dia mendengarkan.

Pada akhirnya.. Aku sadar. Bahwa semua ini berkat Tuhan (juga). Tuhan memberikan penglihatan secara dini.  Aku ingin berterima kasih. Terima kasih kalian telah (membantu) membuka mataku. Betapa bodohnya diriku selama ini. Mengiyakan permintaan kalian tanpa berfikir dampaknya bagi diriku.

Bukan ingin egois atau apa. Hanya saja aku berfikir sejenak.. Setelah perbuatanku, dan perbuatan kalian terhadapku..
" Apakah.. Jika nanti aku lemah tak berdaya, akankah kalian hadir membantuku, menopangku untuk berdiri?"

Minggu, 22 Maret 2015

The Beginning

Thank you so much to my dad.

Sorry to late I'm realized it. It's just .. I dunno have to start from where. But.. It's all happens because of God's  hands and you too.. You always be here by my side.. Accompany.. Support me, cheer me up . You always said that i can do it, I can do that. You can reach this or you can reach that. And I always said no, you're think too much.. I will fail in everything. But you always.. Always never stop to saying "listen to me.. I know you can". And then I did it. I can reached. ( honestly, I hate when I have to say "oh yes, just like you said")

I have been work in many places because of your supported. In here too. You push me to doing this. I remembered when I told you I gets call from hrd of Eka hosp. I have done well of psycho test.. So I have to do one more step which is medical check up. Honestly, When I got this called, I'm already have a job. But it so far away.
And then I said to you I'm already have a job, I don't think I have to do this medical check up.. And you said I have to!!.. Because it's nearest from home and bla bla bla.

Short story, you take me there .. And you were waiting for me at under the tree. For many hours you were waiting. And, finally I'm done with my medical check up.. Just we wait until the result comes out and I get called again. Then.. You said you have feeling that I will gets the job. And I said we'll see.